Siswa Bermasalah
Siswa yang bermasalah membutuhkan
perhatian yang khusus mengenai permasalahannya, oleh karena itu Bimbingan Konseling (BK) bertugas
melakukan pengarahan kepada siswa untuk membantu menyelesaikan permasalahan
yang ada. Keterbatasan pembimbing konseling
di SMP/SMA yang terdiri dari tiga orang menjadi permasalahan dalam kegiatan memantau
kegiatan siswa. Guru BK masih kesulitan dalam menangani masalah yang ada karena tugas guru BK tidak hanya
memberikan konseling
terhadap siswa tetapi juga mengajar dan tugas-tugas lainnya. Pihak BK
membutuhkan alat bantu untuk meringankan tugas guru BK yang awalnya dilakukan
secara manual yaitu dengan mencatat seluruh kejadian atau masalah siswa kedalam buku
dan melakukan perhitungan secara manual. Dengan alat bantu ini, tugas guru BK
akan sedikit berkurang terutama dalam
memantau kegiatan siswa serta merekapitulasi hasil monitoring siswa.
Kriteria dalam menentukan siswa bermasalah meliputi nilai
akademik, pelanggaran tata tertib sekolah serta permasalahan diluar sekolah.
Kriteria ini akan memberikan bobot penilaian tiap siswa yang nantinya dihitung
dengan metode tertentu sehingga menghasilkan data mengenai siswa yang
bermasalah. Metode untuk menentukan data tersebut bisa dilakukan dengan metode Certainty
Factor. Metode Certainty Factor merupakan metode yang bersifat
akurat yaitu dengan menghitung probabilitas tingkat keyakinan dan
ketidakyakinan terhadap sebuah fakta (Budhi, 2008). Metode Certainty Factor
hanya menghitung dua data saja dalam
setiap perhitungan sehingga keakuratan informasi dapat terjaga.
SMS atau Short Messaging Services
merupakan salah satu bentuk informasi yang disampaikan ke handphone dengan
penyampaian informasi yang mudah, efisien, realtime dan jangkauan luas serta
relatif lebih murah (Wahidin, 2010). Teknologi ini dapat dimanfaatkan sebagai
media layanan kepada orang tua dalam
memantau perkembangan anaknya di sekolah. Pada penelitian sebelumnya, teknologi
berbasis SMS gateway ini masih belum diterapkan, oleh karena itu peneliti
berniat untuk mengaplikasikan teknologi SMS gateway sebagai proses komunikasi
antara sekolah dan orang tua, agar proses monitoring menjadi lebih efektif.
LANDASAN TEORI
Monitoring
Monitoring (pemantauan) merupakan
sebuah proses penaksiran atau penilaian kualitas kinerja sistem dari waktu ke
waktu. Pemantauan ini dilakukan secara berkelanjutan sejalan dengan kegiatan
usaha yang mencakup kegiatan sehari hari (Tampubolon, 2005). Pengawasan adalah
pengendalian yang dilakukan dengan melaksanakan pemeriksaan, penilaian
kemampuan, meningkatkan dan menyempurnakan, baik manajemen maupun bidang
operasionalnya (Rusyani, 1997). Penggunaan sistem monitoring bertujuan untuk
dapat mengontrol, mengawasi serta mengecek sejumlah aktivitas yang telah
dilakukan (Tan, 2010).
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa monitoring adalah proses pengumpulan informasi secara
berkelanjutan dengan tujuan untuk dapat mengawasi kegiatan yang telah dilakukan
guna meningkatkan dan menyempurnakan tujuan yang akan dicapai.
Siswa Bermasalah
Seorang
siswa diketegorikan sebagai siwa yang bermasalah apabila ia menunjukkan
gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh siswa pada
umumnya baik penyimpangan perilaku yang sederhana seperti: mengantuk, suka
menyendiri atau terlambat datang maupun penyimpangan yang bersifat ekstrim
seperti: membolos, memeras ataupun tidak sopan kepada orang lain juga kepada
gurunya. Bentuk masalah
yang dihadirkan siswa dapat dibagi menjadi dua sifat yaitu, sifat regresif
antara lain: pemalu, penakut, mengantuk, tidak mau sekolah dan sifat agresif
antara lain: berbohong, membuat onar, memeras, beringas dan perilaku-perilaku
lain yang bisa menarik perhatian orang lain (Mustaqim, 2003).
Secara garis besar pangkal persoalan
masalah-masalah siswa dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.
Internal
Sebab-sebab internal adalah masalah
yang berpangkal dari kondisi siswa itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari
adanya kelainan fisik seperti: gemuk, cacat lahir, maupun psikis yang merupakan
kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (kecerdasan) seorang siswa.
2.
Eksternal
Sebab-sebab internal adalah masalah
yang hadir dari luar siswa. Sebab-sebab eksternal berpangkal dari keluarga,
pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.
Monitoring Siswa Bermasalah
Siswa yang bermasalah mempunyai
latar belakang yang berbeda-beda, mereka harus dipahami mengenai latar belakang
masalahnya, bentuk-bentuk masalahnya sekaligus teknik-teknik penangananya
(Mustaqim, 2003). Monitoring / pengawasan mempunyai peran sebagai pengendali
keberhasilan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengendali disini berupa
kepastian pelaksanaan kependidikan, penilaian dan penelaah fakta kegiatan,
koreksi dan motivasi rencana agar sejalan dengan perubahan yang mungkin terjadi
(Rusyani, 1997).
Monitoring siswa bermasalah adalah
proses pengawasan seluruh kegiatan siswa dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya penyimpangan penyimpangan yang mempengaruhi tujuan kegiatan belajar
mengajar. Dengan demikian pihak sekolah khususnya Bimbingan Konseling secara dini bisa
mengambil tindakan terbaik untuk mengatasi penyimpangan tersebut agar tidak
terjadi penyimpangan yang lebih luas.
Penelitian Terdahulu
Pada penelitian terdahulu, kegiatan
memonitoring siswa yang melakukan pelanggaran masih belum bisa dijangkau oleh
orang tua / wali murid dikarenakan masih terbatas pada pihak sekolah. Setiap
kegiatan siswa di sekolah perlu diinformasikan kepada orang tua / wali murid
sebagai bahan pertimbangan untuk mendidik anak dirumah. Untuk memberikan semua
informasi yang diperlukan orang tua / wali murid membutuhkan suatu sarana untuk
mengakomodasi penyampaian informasi secara mudah dan cepat. Banyak sarana untuk
penyampaian informasi seperti surat, e-mail dan sebagainya. Salah satu
sarana yang mudah dan cepat yaitu dengan mengintegrasikan SMS gateway dalam sistem monitoring hal
ini dikarenakan SMS dapat menjangkau hampir seluruh daerah sehingga hasil
informasi dapat segera tersampaikan dan proses monitoring dapat berjalan
efektif karena adanya komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua.
Certainty Factor
Faktor kepastian (Certainty
Factor) diperkenalkan oleh Shortlife Buchanan dalam pembuatan MYCIN. Certainty Factor
(CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan
besarnya kepercayaan. Certainty Factor menurut Giarrantano dan Riley dalam Kusrini (2008:15)
didefinisikan sebagai berikut :
..... (1)
Dimana:
CF
(H,E)
:
Certainty Factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala(evidence)
E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai dengan 1. Nilai -1 menunjukkan
ketidakpercayaan mutlak, sedangkan 1 menunjukkan kepercayaan mutlak.
MB(H,E)
:
Ukuran kenaikan kepercayaan (measure of increased belief) terhadap
hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
MD(H,E)
:
Ukuran kenaikan ketidakpercayaan (measure of increased disbelief)
terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E.
Dengan menggali dari hasil wawancara
dengan pakar, nilai CF (Rule) didapat dari interpretasi dari pakar
menjadi nilai CF tertentu dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini (Budhi, 2008):
Tabel 1. Interpretasi Nilai CF
Uncertain
Term
|
CF
|
Tidak
|
0.2
|
Mungkin
Tidak
|
0.4
|
Mungkin Ya
|
0.6
|
Hampir
Pasti Ya
|
0.8
|
Pasti Ya
|
1.0
|
Contoh: “Bila siswa melakukan
tidakan kriminal dan sering membolos dan nilai akademik dibawah standar, maka ‘Hampir
Pasti’ siswa tersebut bermasalah”.
Rule :
IF
gejala1
= melakukan tidakan kriminal
AND
gejala2
= sering membolos
AND
gejala3
= nilai akademik dibawah standar
THEN
siswa
=
bermasalah
(CF = 0.8)
1.
Menentukan
CF Paralel
CF paralel merupakan CF yang diperoleh dari beberapa premis
pada sebuah aturan. Besarnya CF sequensial dipengaruhi oleh CF user untuk
masing-masing premis dan operator dari premis. Rumus untuk masing-masing
operator dapat dilihat (Kusrini, 2008):
CF(x dan y) = min (CF(x),CF(y))
....
(2)
CF(x atau y) = max (CF(x),CF(y))
...
(3)
CF(tidakx)
= – CF(x)
......................
(4)
2.
Menentukan
CF Sequensial
Bentuk dasar rumus Certainty factor sebuah
aturan jika E maka H ditujukan oleh rumus (Kusrini,2008) :
CF (H,e) =
CF (E,e) * CF(H,E) ........ (5)
Dimana :
CF
(E,e)
: Certainty factor evidence E yang dipengaruhi oleh evidence e
CF(H,E)
:
Certainty factor hipotesis dengan asumsi evidence diketahui
dengan pasti, yaitu ketika CF(E,e) = 1
CF
(H,e)
:
Certainty factor hipotesis yang dipengaruhi oleh evidence e
Jika semua evidence pada antecendent
diketahui dengan pasti, maka rumusnya ditujukan oleh rumus :
CF(H,e) =
CF(H.E) ………………. (6)
3.
Menentukan
CF Gabungan
CF gabungan merupakan CF akhir dari
sebuah calon konklusi. CF ini dipengaruhi oleh semua CF paralel dari aturan
yang menghasilkan konklusi tersebut. CF gabungan diperlukan jika suatu konklusi
diperoleh dari beberapa aturan sekaligus. CF akhir dari satu aturan dengan
aturan lain digabungkan untuk mendapatkan nilai CF akhir bagi calon konklusi
tersebut menggunakan rumus (Kusrini,2008) :
a.
untuk CF(x)
> 0 dan CF(y) > 0
…….
(7)
b.
untuk salah
satu (CF(x),CF(y)) < 0
............
(8)
c.
untuk CF(x)
< 0 dan CF(y) < 0
…..
(9)
Certainty Factor dalam Monitoring Siswa Bermasalah
Siswa yang termasuk dalam kategori siswa
bermasalah tidak hanya dilihat dari individu seorang siswa yang melakukan
pelanggaran ataupun dari nilai akademik seorang siswa, tetapi juga ada faktor
eksternal diluar siswa yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan misalnya
keluarga, lingkungan, pergaulan serta pengalaman hidup siswa. Ketiga faktor
inilah yang menjadi kriteria dalam
menentukan siswa yang termasuk dalam kategori bermasalah. Masing-masing item
dari ketiga faktor ini mempunyai nilai CF yang menentukan seberapa besar faktor
tersebut mempengaruhi siswa yang bermasalah. Dengan menghitung nilai CF dari
item setiap kriteria, akan didapatkan nilai CF dari ketiga kriteria tersebut
yaitu nilai CF akademik, pelanggaran siswa dan profil siswa. Ketiga nilai CF
kriteria tersebut dihitung sehingga akan mendapatkan nilai CF akhir atau nilai
CF kombinasi yang menghasilkan konklusi mengenai siswa yang bermasalah.
Dokumen Flow
Dokumen flow dari sistem
monitoring yang ada dimulai dengan merekap data pelanggaran ke buku induk
pelanggaran siswa dan kemudian menghitung akumulasi poin pelanggaran yang
diperoleh. Dari hasil perhitungan poin pelanggaran lalu menentukan siswa yang
termasuk kategori bermasalah serta melakukan bimbingan kepada siswa tersebut
dan member sanksi sesuai dengan akumulasi poin. Setelah itu pihak BK membuat
surat panggilan kepada orang tua dengan tujuan berdiskusi terkait masalah yang dihadapi siswa
dan kemudian membuat laporan hasil diskusi dengan orang tua / wali murid.
SistemFlow
System flow transaksi
berfungsi sebagai proses pengolahan data untuk sistem monitoring ini dimana
pengguna harus login untuk bias masuk ke dalam menu ini. Proses diawali dengan login dan
kemudian akan muncul menu sesuai dengan hak akses pengguna. Di menu ini
terdapat menu antara lain transaksi nilai, transaksi pelanggaran, transaksi
profil transaksi sanksi dan transaksi SMS.
Gambar 2 System flow Transaksi
System flow monitoring
berfungsi sebagai proses pengolahan data siswa bermasalah dimana pengguna harus
login terlebih dahulu untuk mengakses menu monitoring. Didalam menu monitoring
terdapat proses untuk menentukan siswa bermasalah dengan cara menghitung nilai
CF tiap criteria yaitu akademik, pelanggaran dan profil selanjutnya menghitung
CF kombinasi untuk menentukan kesimpulan yang sesuai.
Gambar 3 System Flow Monitoring
System flow pembuatan laporan yang berfungsi
sebagai proses pelaporan dari data yang telah diolah dimana pengguna harus
login terlebih dahulu untuk mengakses menu pembuatan laporan. Didalam menu
pembuatan laporan terdapat proses untuk membuat laporan seperti laporan data
siswa, laporan data nilai, laporan data akademik, laporan data sanksi serta laporan
siswa bermasalah.
System flow SMS gateway yang berfungsi
sebagai proses pengolahan data SMS dimana pengguna harus mendaftar nomornya
terlebih dahulu untuk meminta request data, jika keyword yang dikirimkan
salah maka request tidak dapat diproses.
Gambar 6 System Flow SMS Gateway
Context Diagram
Context Diagram merupakan
pengembangan proses yang tertinggi dalam
tingkatan (level) data flow diagram dan berhubungan dengan beberapa entity
yang terlibat langsung dengan pengolahan data dalam sistem yang dibuat. context diagram terdiri
dari 6 external entity yaitu bimbingan konseling, wali kelas, guru piket, tata usaha,
kepala sekolah dan wali murid.
Gambar 7 Context Diagram Sistem Informasi
Monitoring Siswa Bermasalah
DFD level 0
DFD level 0 memebentuk semua aliran
proses input dan output yang ada pada context diagram sebelumnya.
Tiap-tiap proses tersebut akan membuat hubungan yang saling terkait sehingga
membentuk aliran proses yang menggambarkan proses dari sistem informasi
monitoring siswa bermasalah DFD level 0 ini yang memiliki 3 proses yaitu maintenance
data master, proses transaksi, dan proses pembuatan laporan. Proses-proses yang
ada tersebut memiliki 17 data store yaitu siswa, kelas, pegawai, ta,
pelanggaran, nilai, trxpelanggaran, trxprofil, siswa bermasalah, inbox, outbox,
kontak, profil, matpel, trxsanksi, sanksi dan kesimpulan.
Gambar 8 DFD Level 0 Sistem Informasi Monitoring Siswa
Bermasalah
CDM
Gambar 9 CDM Sistem Informasi Monitoring Siswa Bermasalah
PDM
Gambar 10 PDM Sistem Informasi Monitoring Siswa Bermasalah
IMPLEMENTASI
Gambar 11 Form Transaksi Nilai Siswa
Gambar 13 Form Transaksi Profil Siswa
OUTPUT APLIKASI
Halaman monitoring siswa bermasalah
berfungsi untuk melihat informasi dan memonitoring kondisi siswa yang termasuk dalam kategori siswa
bermasalah atau tidak.
Informasi lain yang ditampilkan pada
halaman ini adalah grafik jumlah siswa kategori bermasalah dan tidak
bermasalah, serta detail grafik jumlah siswa dari tiap kategori permasalahan
yaitu permasalahan ringan, sedang, berat dan sangat berat.
KESIMPULAN
Berikut ini beberapa kesimpulan dari
implementasi dan penelitian yang telah dibuat :
1.
Berdasarkan
evaluasi sistem dalam
uji coba dan angket yang dilakukan, dihasilkan aplikasi monitoring siswa bermasalah
yang mampu digunakan di SMP/SMA Negeri 2 Trenggalek, sekaligus menghasilkan
laporan sesuai dengan hasil monitoring berdasarkan kriteria yang ada.
2.
Berdasarkan
evaluasi yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode Certainty
Factor dapat diterapkan ke dalam
aplikasi monitoring siswa bermasalah.
SARAN
Untuk pengembangan lebih lanjut dari
sistem ini dapat diberikan saran-saran yang berguna untuk pemikiran maupun
implementasinya.
1.
Dengan
beragamnya kondisi yang terjadi di lapangan serta kompleksitas permasalahan
siswa, aplikasi dapat dikembangkan dengan menambahkan beberapa kriteria lain
yaitu absensi/kehadiran sehingga proses monitoring bisa menghasilkan kesimpulan
yang lebih akurat
2.
Melihat
informasi yang diperlukan semakin banyak, aplikasi dapat dikembangkan dengan
mengintegrasikan aplikasi monitoring dengan sistem lain seperti sistem
informasi akademik, e-learning, forum siswa atau web portal sekolah
sehingga dapat menghasilkan sistem informasi yang lebih bermanfaat.
Budhi,
Gregorius S. dan Intan, Rolly. 2008. Penerapan Probabilitas Penggunaan Fakta
guna menentukan Certainty Factor sebuah Rule pada Rule Base Expert System. UK
Petra Surabaya jurusan Teknik Informatika. Surabaya.
Mustaqim,
dkk. 2003. Psikologi Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Rusyani, R.
Tabrani. 1997. Manajemen Pendidikan, Media Pustaka. Bandung
Tampubolon,
Robert. 2005. Risk and System-Based Internal Audit. PT. Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Tan, Anton.
2010. Becoming The Best Salespeople. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Wahidin.
2010. Aplikasi SMS dengan PHP untuk orang awam. Maxikom. Palembang.
Whitten,
Jeffery L. 2004. Metode Desain Dan Analisis Sistem. Andi. Yogyakarta.
INFONYA BAGUSS MBA :)
BalasHapussusah menangani anak yg bermasalah
BalasHapus